Trip to Ubud with ACMI for UWRF (day 1)

12-15 Oktober 2013 kemarin, saya termasuk dalam rombongan ACMI yang ikut berangkat ke Bali dalam rangka Ubud Writers & Readers Festival. ACMI memang mendapatkan spot untuk membuat sharing session (instead of cooking class, kami memang lebih suka menyebutnya dengan sebutan ini) dalam rangkaian UWRF.
Pada hari pertama, Sabtu 12 Oktober 2013, ada I Gusti Nyoman Darta yang berbagi mengenai pengolahan hidangan khas Bali, dan Putry Mumpuni untuk hidangan nasi liwet khas Jawa. Sayang sekali, karena pesawat yang saya tumpangi delayed, ketika saya tiba di venue, sesi kedua bahkan sudah hampir selesai. Untung saya masih bisa menyicipi lawar daun belimbing yang dibuat oleh Pak Darta.
Sekadar cerita saja, saya pernah bertemu Pak Darta sebelumnya dalam sebuah kelas masak di Kamandalu Resort & Spa, Ubud. Saya langsung jatuh hati pada semua masakan beliau sejak pertama kali mereka mendarat di mulut saya. Beliau tidak pernah menggunakan MSG. Bukannya saya anti MSG. Tapi, ketika merasakan makanan nikmat tanpa MSG, percaya deh, mood lidah saya akan jauh lebih bersahabat. Nggak mudah haus – gambaran mudahnya sih begitu. Apalagi, Pak Darta banyak tau mengenai sejarah budaya termasuk kuliner Bali. Jadi semakin menyenangkan bisa berada di kelas masak beliau.
Image
Sesi ketiga di hari pertama merupakan sesi masakan khas Kutai Barat. Saya sendiri, biarpun sudah pernah ke Kutai Barat, amat tertarik dengan materi sharing session kali itu karena menu yang akan diceritakan adalah “jagaq” – sesuatu yang masih amat sangat asing di telinga saya. Bahkan saya coba menggugelnya pun, tidak semudah itu mencari informasi mengenainya. Ternyata jagaq yang menyerupai biji-bijian mirip couscous itu di sana diolah menjadi bubur bercitarasa manis, atau kadang seperti cream soup. Sempat juga saya menyicipi Serbat Bromot, minuman hangat yang terbuat dari bawang bromot. Ewww, minuman dari bawang?! Awalnya saya nggak percaya juga sih kalau saya akan menyeruput minuman berwarna merah itu. Tapi, ternyata minuman berkhasiat yang terbuat dari bawang bromot, jahe, dan kayumanis itu, rasanya manis & nikmat. Tidak ada jejak bawang sedikit pun seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Menurut seorang ibu asal Kutai Barat tersebut, minuman ini berkhasiat menyembuhkan kista. “Tapi karena ini herbal, kalau diminum rutin pun, kista baru akan hilang sekitar 3-4 bulan setelahnya,” ujar beliau.
IMG_6776IMG_6768 1
Kelar acara, kami menuju Warung Pulau Kelapa yang berada di Jl. Raya Sanggingan Ubud, hanya sekitar 100 meter dari The Kitchen, lokasi sesi #ACMI_UWRF. Di tempat ini, Chef Lambon yang pernah bekerja di tempat oom William Wongso, kini bekerja. Baru datang, saya sudah disuguhi affogato; vanilla gelato yang lantas dituangi secangkir kecil espresso panas. Hmmm, nikmat benar!
Affogato; vanilla gelato + hot espresso!
Saya kemudian berjalan ke kebun yang terletak di belakang Warung Pulau Kelapa. Kebun besar ini ditanami beraneka sayur mayur. Pengunjung bisa memetiknya untuk kemudian minta dimasakkan. Saya sendiri waktu itu nggak ikut memetik karena sudah tahu bahwa teman-teman lainnya pasti sudah memilihkan untuk menu makan malam kami semua.
Image
Image
Dan benar saja, saat makan malam tiba, Chef Lambon sudah datang dengan berbagai menu sayur mayur – just like what I expected to have! Semua sayur dimasak dengan bumbu minimalis dan dalam tingkat kematangan yang pas. Hasilnya? karakter tiap sayuran yang diolah tetap tampil dengan sempurna!
Tumis 7 Daun
Konsep restoran seperti ini terhitung baru buat saya. And, yep, saya suka banget. Kalau kamu suka kopi, tempat ini juga wajib dijajal. Deretan berbagai pilihan kopi berkualitas baik dari brand Java Qahwa ada di sini.