Ketika Elemen Nasi Tumpeng Menjadi Segelas Cocktail

Senin, 21 Januari 2019. Saya diundang menjadi Guest Commentator Judge di MixoChef Burst II, sebuah event kompetisi mixologist yang diselenggarakan tahunan oleh Asosiasi Bartender Indonesia. Menarik. Karena, sebelum acara ini, saya tahunya hanya ada segelintir kecil saja mixologist di Indonesia. Semakin menarik, karena tema kompetisi kali ini adalah Hot Section. Artinya, para peserta diharuskan menggunakan bahan-bahan dari hot kitchen sebagai unsur di cocktail yang mereka buat.

Ocean 360, di Discovery Mall, Kuta, Bali. Dua puluh satu peserta bergiliran mempresentasikan cocktail karya masing-masing di depan juri; saya, Arey Barker, Nyoman Picha, Aldho Goenawan, Ayip Dzuhri dan Elva Buana. Beberapa yang layak di-highlight, antara lain; Timbungan Fizz yang terinspirasi dari santapan tradisional Bali dalam bambu, Duck L’Orange yang menggunakan orange curacao infused duck stock, Marinara Cocktail dengan clarified marinara mix dan butter prawn oil washed vodka, Tom Pirates yang mengambil tom yum sebagai dasar rasa, Lissoi Kapten yang memajukan bahan dasar khas masakan Batak yaitu andaliman, Lawrencefield yang secara berani mengambil rujak kuah pindang khas Bali sebagai base rasa, A Letter From The Sea yang bercita rasa khas Jepang dengan miso dan umami stock-nya, Loot History Of Semarang yang membawa carbonated soto, Spicy Smoked Pork Cocktail yang mengingatkan pada se’i babi khas Kupang, Curry Kapitan dengan semilir rasa kari, dan 1834, yang menampilkan nasi tumpeng menjadi cocktail kece.

Tak hanya rasa, aroma, serta tampilan cocktail. Pengetahuan mengenai brand Captain Morgan – merek rum yang menjadi sponsor utama acara ini serta menjadi salah satu bahan wajib pakai, tehnik dan kreativitas, serta penampilan mixologist dan kemampuan berkomunikasi mereka juga menjadi bahan penilaian dalam kompetisi ini. Dalam waktu yang ditentukan, peserta juga harus menyelesaikan presentasinya.

Dan setelah usai, berdasarkan nilai yang diperoleh dan hal-hal lainnya, maka inilah para pemenang Burst 2 Mixochef Mixologist Competition 2019:

1st – Prindi Sandika Putra – Ayana Resort & Spa
2nd – Aris Prithana – The Anvaya Beach Resort
3rd – Yudhizt PapaTigabelas – Romeos Bar & Grillery
4th – 
Oka Jagat Pratama – Sva Indonesian Tapas & Bar
5th – Rifki Riwandi – Kitchenette Beach Walk

Best on Stage – Kadek Wahyuni – La Favela

Congrats to all the winners! Saya percaya, apa yang mereka hasilkan layak untuk disandingkan dengan kreasi para mixologist internasional. Ikutan menanti lahirnya kreasi-kreasi baru dari para mixologist ini. Fingers crossed.

Membangun Kota Ganja Yang Sukses

This slideshow requires JavaScript.

Game ini (kayaknya) nggak ada gunanya, tapi menyenangkan buat dimainkan. Tokoh utamanya (played by us), hanya menanam ganja saja. Dari berbagai jenis ganja itu, nantinya akan dikirim ke rumah nenek untuk diolah lagi menjadi madu, weed butter, cokelat, canna flour, marshmellow, dan hemp milk. Nah, bahan-bahan ini juga nantinya menjadi bahan dasar untuk membuat brownie, cookie, and sooo many! Kalau bahan kurang, artinya harus menanam lagi. Ganja yang sudah dipanen, bisa disimpan. Kalau gudangnya sudah mulai penuh, artinya kamu harus memperbesar ukuran gudang – dan itu artinya ada sejumlah benda dan uang yang harus kamu siapkan sebelumnya.

Business model” kota ganja ini menarik banget. Sebagai seorang bandar, kita harus tetap punya kontribusi terhadap kotanya. Menjaga kebersihan, salah satunya. Mereparasi fasilitas kota yang rusak juga, walaupun itu termasuk artinya kita harus mengeluarkan uang saat melakukannya, but we’ll get a point for doing those things.

Tokoh-tokohnya juga menarik. Ada yang akan mengingatkanmu pada Cheech & Chong, atau pada Bob Marley. Jangan lupa pegawai pemerintahan yang ganteng tapi juga rajin mengorder cimeng ke kita. Haha!

Hempire pula sesekali menyelenggarakan semacam kontes membuat bibit ganja terbaik. Ada opsi buat kamu bisa ikutan, dan nggak wajib juga. Waktu ikutan, kamu bisa mengarang nama bibit ganjamu. Saya sendiri sering sengaja menamakan yang norak, tapi sangat Indonesia. For no reason. O ya, nanti kalau kamu menang, selama beberapa saat, bibit ganja buatanmu akan lumayan disorot, karena akan ikut ditanam oleh si dokter penanam ganja dari laboratorium sebelah, dan akan ada demand terhadap ganjamu tadi. Pretty cool, ey!

Sesuatu lagi yang antara penting dan nggak. Kamu bisa pasang iklan di sini. Placement-nya keren sih. Worth a try.

Game-nya gratis. Seperti biasa, ada opsi untuk menghamburkan uang dari dunia nyata alias kartu kredit kalau kamu nggak sabaran dan pengen beli ini itu. Tapi sebenarnya kalau mau sabar dan rajin main, kamu bakal dapat banyak berlian yang bisa dipakai buat belanja. Jangan lupa cek koleksi muscle car-nya dan mobil-mobil futuristik katro lainnya, juga semua monumen yang bisa dipajang menghias kota ganjamu. Fun!

Nama game Hempire

Dapat diunduh di : Google Playstore dan App Store

Jakarta’s Best Eats, Bentuk Apresiasi Terhadap Perkembangan Industri Kuliner

This slideshow requires JavaScript.

Pertumbuhan industri kuliner, khususnya restoran di Indonesia, sangat pesat – utamanya di Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari pengeluaran konsumen pada makanan serta minuman non-alkohol yang tercatat terus bertambah dari tahun ke tahun. Angkanya sendiri tercatat sebesar US$ 176,7 milyar di tahun 2016 dengan estimasi pertumbuhan tahunan dari 2016-2020 diprediksi sebesar 9,4%. Pertumbuhan ini rupanya juga didorong oleh lifestyle warga Jakarta yang cenderung menjadikan restoran sebagai tempat ngumpul, bukan sekadar tempat makan. Hal ini pula lah yang menuntut para pemain industri kuliner, khususnya para Chef dan restaurateur untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas penawaran mereka.

Untuk mengapresiasi perkembangan pesat ini, Aqua Reflections berkolaborasi dengan FoodieS, salah satu majalah kuliner terbaik di Indonesia, mengadakan Jakarta’s Best Eats. Tujuannya memberikan penghargaan kepada para pemain terbaik industri kuliner, khususnya para Chef & restaurateur di Jakarta.
Penghargaan ini akan dibagi ke dalam tiga kategori untuk memastikan tingkat kompetisi berdasarkan segmentasi pasar restoran di Jakarta;
  1. Fine Dining, yang akan lebih menekankan kesempurnaan pada rasa, tampilan, kreativitas, pelayanan dan pengaturan meja;
  2. Upmarket Venue, yang fokus pada restoran untuk segmen menengah ke atas namun memiliki level pelayanan dan desain interior yang berbeda dari fine-dining, serta;
  3. Casual Dining yang merupakan restoran berlokasi di mall, tempat sendiri, maupun di tempat yang lebih kecil dengan penyajian yang lebih cepat dan suasana yang lebih hidup.
Pada acara ini, Aqua Reflections dan FoodieS bekerjasama pula dengan sejumlah figur ternama dan ahli di bidang kuliner Indonesia yang berperan sebagai juri Jakarta’s Best Eats. Mereka adalah:
  • Jed Doble [FoodieS’ publisher]
  • Linda Tan [Gourmand]
  • Hans Danial [Food Blogger]
  • Petty Elliott [Chef]
  • Ade Putri Paramadita [Food Storyteller]
  • Arimbi Nimpuno [Celebrity Chef]
  • Rinrin Marinka [Celebrity Chef]
  • Ruli Tobing [Danone Aqua]
Proses penjurian Jakarta’s Best Eats akan dimulai pada Januari 2018, dan akan diumumkan pada Maret 2018. Hingga saat ini, terdapat sekitar 200 resto dari tiga kategori tersebut yang ikut berpartisipasi. Namun, pendaftarannya sendiri masih dibuka bagi para pengelola resto yang ingin berpartisipasi dengan menominasikan restorannya melalui website www.foodies.id/jakartasbesteats, paling lambat pada 31 Desember 2017.
Semua resto yang mendaftar akan bersaing sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan, di mana para juri akan membuat daftar nominator dari masing-masing kategori tersebut. Sekitar 10 penghargaan akan diberikan kepada para Chef & restaurateur terbaik pada acara puncak, dengan penghargaan utamanya yaitu Restaurant Of The Year serta Chef Of The Year. 
Sebuah langkah awal yang baik untuk memacu kreativitas serta peningkatan mutu semua restoran di Jakarta. Semoga dengan adanya bentuk apresiasi ini, di mana mendatang bentuk kegiatan yang sama juga mulai diadakan untuk kota-kota lainnya di Indonesia.

No Poo Method; Meniadakan Shampoo

Dimulai oleh ajakan seorang teman di grup Whatsapp, saya dan beberapa teman mencoba No-Poo Method. Bermodalkan sedikit membaca di https://www.nopoomethod.com/ , kami lantas mencoba metode ini bersama-sama.

Hari pertama: Cobaannya hanya ada di niat. Niat untuk memastikan bahwa, “Iya, saya akan mencoba melakukannya!” Lantas saya hanya keramas dengan air hangat. Tanpa shampoo. Hasilnya saat itu: ujung rambut agak kusut. Saya mengakalinya dengan menggunakan sisir bergigi jarang sambil keramas, lantas menyisiri rambut dari dekat bagian ujung, lantas perlahan mulai dari bagian tengah, hingga akhirnya dari pangkal rambut.

 

NoPoo Day4

Hari ke-4 Tanpa Shampoo

Hari ke-4: Cobaannya ada di kegalauan tingkat medioker, “Terusin nggak ya? Rambut gue nggak apa-apa nggak sih ini? Orang ngeliatnya kayak apa sih?” Di saat yang sama, mulai yakin kalau rambut rontok berkurang dari biasanya. Tapi amat sangat merindukan wangi shampoo. Mulai menyingkirkan “koleksi” shampoo saya dari kamar mandi; agar nggak tergoda untuk menggunakannya lagi.

 

NoPoo Day7

Hari ke-7 tanpa shampoo

Hari ke-7: Mulai yakin kalau mau meneruskan. Padahal, beberapa teman yang tadinya ikutan No-Poo Method ini sudah mulai bail out dengan berbagai alasan; ada yang mau cat rambut ke salon, dan ada yang merasa rambutnya tampak lepek. Ketika seorang teman mengendus kepala saya, ini testimoninya, “Nggak ada aroma apapun.” Jadi benar; netral jadinya. Nggak wangi, memang. Tapi juga nggak bau. Aman! Apalagi, saya merasa warna rambut terlihat jadi lebih hitam pekat dibanding biasanya.

Hari ke-14: Mulai mencoba keramas dengan menggunakan baking soda. Menurut teman yang masih bertahan, baking soda bisa dicampur dengan sedikit air di telapak tangan, hingga menjadi pasta. Lantas dioleskan ke kulit kepala dan digosok. Tidak akan berbusa, tapi tetap pada fungsinya: membersihkan. Setelah dibilas, kulit kepala terasa bersih, tapi batang rambut terasa agak lebih kasar. Saya tidak menggunakan baking soda ini setiap hari, hanya pada saat kulit kepala terasa gatal.

 

NoPoo Month2

Sebulan tanpa shampoo

Sebulan tanpa shampoo: sudah mulai yakin kalau saya nggak butuh shampoo. Tapi tetap, saya membeli shampoo alami – just in case. Alami gimana? Well, sebisa mungkin mencari shampoo yang nggak mengandung SLS (Sodium Lauryl Sulfate) saja. SLS inilah yang membuat busa pada pembersih seperti shampoo, odol, sabun, dsb. Berbahayakah? Tergantung. Karena reaksi tiap orang akan berbeda-beda. Silakan baca di http://slsfree.net/ Shampoo alami yang saya beli adalah Natur; karena cukup mudah diperoleh di pasar swalayan di mana pun. Hanya sekali saya memakai shampoo sejak saya memulai No Poo Method ini; yaitu pasca berenang.

Hari ke-40: menemukan ramuan yang menurut saya paling kece buat keramas: 1 sendok makan baking soda dicampur air hangat 1 gelas (350 cc) dan diaduk rata. Basahi rambut, tuang campuran ini dari kulit kepala hingga ujung rambut. Gunakan bantuan sisir bergigi jarang untuk mendistribusikannya ke seluruh bagian rambut. Usap. Lantas bilas. Setelahnya, buat campuran berikutnya: 1 sendok teh apple cider vinegar dicampur air biasa 1 gelas (350 cc) dan diaduk rata. Tuang campuran ini seperti sebelumnya. Lantas bilas hingga bersih. Hasilnya? Rambut terasa bersih, tapi sekaligus juga lembut sekali. Nggak tercium kok bau cuka jika dibilas hingga tuntas.

Sesekali, seperti juga pengalaman yang pernah saya bagikan lewat http://www.beergembira.com , saya juga keramas menggunakan bir. Hasilnya mirip dengan menggunakan campuran apple cider vinegar; rambut jadi halus dan lembut. Biasanya, agar irit, bir bersuhu ruangan saya masukkan ke dalam botol spray.

Sekarang, setelah sudah 2 bulan lebih saya menjalani No-Poo Method ini, saya menyimpulkan beberapa hal;

  1. Metode ini tidak untuk semua orang. Tapi, layak dicoba.
  2. Menjalani metode ini bersama beberapa teman akan lebih mudah, karena satu sama lain akan memberikan motivasi, atau masukan dan berbagai tips pribadi berdasarkan pengalaman masing-masing.
  3. Hasil di saya: rambut yang biasanya rontoknya heboh banget, amat berkurang rontoknya. Kebiasaan keramas dengan shampoo setiap hari yang dulu bikin ketergantungan, pun hilang dalam kurun waktu seminggu. Sekarang, kalau sampai nggak keramas, rambut nggak lantas jadi lepek atau kulit kepala jadi berminyak. No more bad hair day!

So, whether or not the No-Poo Method is for you, give it a try… Selamat mencoba!

Clean Eating Diet; Perlu Nggak Sih?

You? Diet?”

“Hah, ngapain diet? Lo udah kurus gitu, apanya lagi sih yang mau didietin?”

Screwpine2

Szichuan beef and sautéed greens

Pertanyaan macam ini seringkali dilontarkan orang ke saya begitu tau saya sedang diet. Umumnya, pengertian orang tentang diet adalah mengurangi makan agar tubuhnya jadi langsing atau lebih kurus. Sementara, menurut saya, diet adalah mengatur pola makan. Tujuannya bisa macam-macam. Selain menurunkan berat badan, umumnya adalah untuk masalah kesehatan. Ingat, kurus bukan berarti sehat lho! Sebagai catatan singkat saja, dulu saya pagi-siang-malam makannya jerohan, non-stop. Walhasil di usia 27 sudah pernah kena serangan asam urat! Duh.

Screwpine4

Pineapple chicken with organic brown rice

Lantas, diet macam apa yang saya jalani?

Salah satu yang saya pernah coba adalah program Clean Eating dari Screwpine Kitchen selama 5 hari. Pilihan bahannya cukup bervariasi, begitu juga dengan menunya. Mulai dari daging sapi yang ditumis, pineapple chicken, baked salmon, aneka salad, sampai salah satu favorit saya: zucchini dan mushroom ball dalam saus pesto yang tampil dalam wujud bak pasta pesto dengan meatballs. Apa yang dimaksud dengan clean eating? Semua hidangannya diolah dengan hanya sedikit garam, sedikit minyak (pun kalau ada, bukan deep fried – juga, menggunakan minyak zaitun), dan rendah kalori. Porsinya secara umum termasuk sedang. Rasa makanannya sendiri, patut diacungi jempol. Makanan sehat yang rasanya cenderung normal; bahkan bisa dibilang enak. Oh, setidaknya sih, saya suka semuanya tanpa kecuali.

Screwpine1

Zucchini “spaghetti” with mushroom “meatballs” in pesto sauce

They say, “You are what you eat.” Dan setelah menjalani clean eating diet, tubuh terasa jadi lebih ringan. Bukan secara angka timbangan berat badan. Tapi memang jadi terasa segar, light, enakan. Padahal di luar makanan dari Screwpine Kitchen, saya tetap menyantap makanan lain. Tentunya saya coba untuk atur agar santapan lain tersebut juga tetap tergolong clean eating. Nah, tubuh yang terasa lebih light ini, ternyata juga jadi lebih kuat. Endurance saya saat workout sehari-hari, terlihat bertambah. Beban angkatan juga ternyata bisa naik.

Biarpun hanya 5 hari, kebiasaan clean eating ini rupanya membuat lidah saya, yang tadinya memang sudah terlatih untuk tidak menyantap MSG, jadi semakin menikmati santapan dengan citarasa “sopan” alias nggak nyegrak; kalau istilah orang Jawa.

Kalau mau mencoba clean eating tanpa jasa healthy catering, bisa dengan mencoba menyiapkan sendiri santapanmu dari rumah. Jadi kamu bisa atur bahan-bahan dan takarannya. Tapi, kalau memang cari yang praktis, cek @ScrewpineKitchen di Instagram. Worth a try, definitely!